« Home | Copyrighted....or Public Domain.... That's it? No ... » | Are You an Internet Addict? » | Makam & aktifitas tahunan yang mengikutinya » | Masa Depan Industri Rekaman »

Mengapa Wilco disebut sebagai contoh grup musik masa depan?

Setelah beberapa hari lalu saya menulis tentang Creative Commons (CC), disalah satu contoh yang ada dalam tulisan saya tersebut menyebutkan salah satu band yang bernama Wilco. Nah dibawah ini saya kembali mengangkat tulisan yang berhubungan dengan Wilco (dan juga CC), hasil terjemahan saya dari hasil wawancara Lawrence Lessig dengan Wilco untuk majalah Wired

Mengapa Wilco disebut sebagai contoh grup musik masa depan?
Sukses besar menanti sebuah band yang seiring dan sejalan dengan fans nya oleh Lawrence Lessig utk WIRED, diterjemahkan oleh abang edwin sa

Pada tanggal 13 Februari, ribuan musisi dari seluruh dunia berkumpul di Los Angeles pada acara Grammy Awards untuk merayakan musik di sepanjang 2005. Tapi perayaan tersebut tidak bisa menyembunyikan suasana perang saat itu. Perusahaan rekaman (record labels) sedang terancam oleh teknologi yang memungkinkan para fans untuk mengakses musik. Organisasi-organisasi aktivis seperti Electronic Frontier Foundation and Public Knowledge (dimana penulis kolom ini bekerja) menyerang balik. Mereka (kami) menginginkan perang ini dihentikan dan juga serangan pada inovasi yang diwakilinya. Tapi tetap saja tidak bisa disembunyikan kemarahan yang sesungguhnya pada kedua belah pihak dalam debat ini. Memang artis lah yang membuat musik, bukan industri yang memasarkannya atau teknologi yang mengambilnya. Tapi artis yang independen di industri ini sama langkanya dengan anak-anak yang tidak ikut-ikutan tukar-barter musik di internet. Tentu saja ada yang namanya "pemberontak" - mereka-mereka ini menciptakan sesuatu yang baru dari sistem lama, yang kita semua tahu, bahwa mereka akan jadi sukses, terlepas dari apa yang mereka lakukan sekarang. Mereka tidak menanggung resiko, jadi omongan mereka juga kurang menggigit.

Sebuah band yang bernama Wilco dengan pemimpinnya yang pendiam, angker, Jeff Tweedy, adalah sesuatu yang berbedaa. Setelah salah satu label dari Warner, Reprise, memutuskan bahwa album keempat dari grup ini, Yankee Hotel Foxtrot tidak bagus, Wilco langsung menendang si label dan merilis album ini di internet. Label tersebut (Reprise) terbukti salah. Album tersebut luar biasa, dan terjual habis yang diiringi oleh tur di 30 kota. Kesuksesan ini meyakinkan label lain yang juga dibawah Warner, Nonesuch Records, untuk membeli kembali hak album tersebut seperti yang dilaporkan, sebesar 3 kali dari harga aslinya. Internet membantu Wilco untuk meraih kesuksesan. Tapi ketika mereka kembali ke Warner, banyak yang bertanya-tanya: Apakah Wilco akan melupakan internet?

Kita sudah mulai melihat jawaban dari pertanyaan tersebut. Eksperimen yang dilakukan oleh Wilco dengan internet berlanjut: pertama, pertunjukan live melalui webcast MPEG-4; lalu sebuah dokumenter tentang Wilco yang sebagian ditayangkan dan dibiayai via internet; dan juga bonus lagu dan rekaman live yang dirangkai dalam CD. Album terakhir mereka, A Ghost Is Born, telah disiarkan secara penuh lewat internet 3 bulan sebelum dirilisnya iklan. Dan ketika lagu-lagu mereka mulai muncul pada file-sharing networks (kazaa, bittorent, dll), mereka tidak mencegah fans nya untuk mendownload. Malahan, fans Wilco mengumpulkan lebih dari $11,000 dan mendonasikannya ke badan amal mereka. Album mereka meraih sukses luar biasa dan dinominasikan untuk dua Grammys

Saya berkesempatan untuk menanyakan ke Tweedy tentang semua ini sebelum konser mereka di Oakland, California (lucu kan, saya profesor dibidang hukum yang nongkrong di WIRED, bisa tembus sampai bis mereka). Yang paling berkesan adalah kejernihannya. Dia seperti seseorang yang dipaksa untuk ikut perang yang tidak ia dukung. Walaupun begitu bukanlah ideologi yang membuat dia seperti itu. Namun akal sehat

"Musik itu berbeda dari intellectual property yang lain", begitu jelasnya. "Bukan berarti berbeda macam Karl Marx - ini bukanlah komunisme terpendam. Tapi bukan juga "sepotong plastik atau sepotong roti". Artis mengontrol hanya sebagian dari proses pembuatan musik; pendengar yang menambahkan selebihnya. Imajinasi dari para fans yang membuatnya menjadi kenyataan. Partisipasi mereka yang membuatnya hidup. "Kami hanyalah pengamen jalanan", kata Tweedy. "Pendengar adalah kolaborator kami. Kita harus mendorong keikut-sertaan mereka, bukan malah memperlakukan mereka seperti maling".

Dia mengutarakan semua ini dengan kegairahan seorang guru yang sedang menjelaskan sebuah kebenaran yang paling mendasar tapi ketika saya memintanya menjelaskan "ektremisme" dalam "perang" ini, seketika gairahnya lenyap digantikan rasa tak percaya. Mengomentari keputusan untuk melarang segala bentuk sampling musik tanpa lisensi, dia menyebutkan satu kata: rasisme. Dan dia merasa ikut terkena kutukan oleh orang-orang yang menggunakan pengadilan untuk menghukum fans mereka. "Kalau Metallica masih juga memerlukan uang", ujarnya nyaris berbisik, "Maka ada sesuatu yang benar-benar salah". Dia akan memprotes ekstremisme ini, jelasnya, dengan menjalani hidup yang berbeda. Yaitu dengan mengundang, mencipta, menginspirasi musik, dan tak menghiraukan perang plastik.

Kalau perang ini harus diakhiri, diperlukan suara yang jernih. Kita sudah jemu dengan kotbah. Amarah mulai luntur. Diperlukan band seperti Wilco yang menjadi teladan, dan membisikkan penjelasan mereka pada yang sudi mendengarkan. Damai itu perlu langkah nyata. Yang hanya bisa dijalani oleh artis.

Berlangganan Blog Ini

Photo Gallery

Notifikasi via Email

Masukkan email anda lalu klik Kirim untuk mendapatkan notifikasi lewat email bila ada update dari Bangwin's Thought ini !


powered by Bloglet

Kontak