Wednesday, October 25, 2006

Makam & aktifitas tahunan yang mengikutinya

Bulan puasa dan juga lebaran selalu dibumbui oleh aktifitas2 khas yang jarang terjadi di bulan2 lain ataupun waktu2 lainnya, mulai dari sahur, buka puasa, begadang, lemes disiang hari bolong, ngeracunin temen supaya buka...uuppss...hehehe, itu sih bukan aktifitas ya, dasar jahil aja...hehehe. Yang paling ketara adalah kegiatan mengunjungi makam keluarga, yang oleh orang Jawa istilahnya Nyekar dan kalau orang Sunda istilahnya Nadran. Kegiatan ini dilakukan sebelum memasuki bulan puasa dan sewaktu lebaran, yang serentak bikin jalan2 besar disekitar pemakaman macet total..tal...tal...

Cuman kepikiran aja sih sebenarnya, kalau dilihat-lihat, sebuah makam itu minimal berukuran 1x3 meter kan, dan kalau sudah jadi pemakaman yang isinya beratus2 makam, kebayang dong berapa besar lahan yang dibutuhkan untuk makam2 tersebut. Dulu sempat mikir, kalau mengambil logika tempat parkir mobil yang juga butuh tempat parkir selebar mobil itu sendiri, maka since sekarang sudah ada tempat parkir mobil bertingkat, bisa gak ya makam diperlukan seperti itu juga? Kalau bisa, wueleeeh....bakalan ngirit tempat buanyaaak banget. Bayangannya ada sebuah gedung yang fungsi ruangan2nya adalah makam....keren gak tuh....hehehe. Cuman kalau dipikirin lebih dalam lagi, artinya disetiap ruang makam tersebut mesti ada tanah yang dalemnya sekitar 1,5 meter atau lebih. Belum proses hancurnya jenazah oleh tanah, duuh....ternyata gak sesimpel itu ya, malah rasanya justru nambah keruwetan.

Ngomongin ngirit tempat, ada satu cara lagi, yaitu kremasi, atau dibakar sampai jadi abu. Cara ini dilakukan di India dan juga China. Di Bali juga dilakukan upacara pembakaran jenazah yang disebut Ngaben. Cara ini adalah cara favorit saya, walaupun di agama saya gak dikenal cara kremasi ini. Bayangin, kalau semua jenazah dikremasi, lalu abunya dimasukkan kedalam guci. Yang ada pengelola pemakaman akan banyak yang bangkrut dan memulai bisnis penyimpanan guci abu jenazah. Kalaupun mau, bisa saja disimpan sendiri guci nya dirumah, lalu setiap saat bisa dilakukan nyekar atau nandran tanpa mesti kenal waktu. Nah dijamin gak akan muncul kemacetan2 yang bikin kita semua susah...:-)

Tuesday, October 24, 2006

Masa Depan Industri Rekaman

Gak tau kenapa sekarang kalau ditanya gimana masa depannya industri rekaman, selalu saja jawabnya susah, sangat suram, dying, dan lain sebagainya. Saya jadi ingat dulu disekitar tahun 96-97 saya sempat ngobrol tentang dunia musik dengan seorang teman yang kebetulan expertise nya didunia IT. Obrol punya obrol akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa dimasa yang akan datang itu musisi/artis/penyanyi cari makannya bukan dari industri rekaman melainkan dari dunia panggung. Yah kasarnya industri rekaman itu bakalan mati alias gak bisa diandalkan untuk membuat dapur ngebul....begitu kesimpulannya.

Nah setelah 10 tahun lebih, ternyata apa yang kita obrolin dulu itu semakin menuju ke kenyataan. Dimulai dari lahirnya format MP3 yang membuat format lagu gampang dipertukarkan, lalu munculnya website2 yg menyediakan sarana peer-to-peer, seperti Napster, yang membuat proses tukar-menukar lagu menjadi super mudah sampai ditahun 2005 ini yang penuh dengan kejutan bertubi2 seperti munculnya BitTorrent yang dimata org awam mirip Napster hanya mampu menshare bukan hanya lagu tapi film dvd full version. Lalu juga perkembangan blog yang muncul diawal2 tahun 2000an yg sekarang berkembang ke arah Audio (PodCasting). Semua ini bukan hanya mengancam dan bahkan sudah mulai menggilas industri musik bahkan juga mulai memoroti industri film layar lebar.

Diatas kertas sih industri rekaman memang gak bakalan menang kalau diadu dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang dulunya berjalan side-by-side dengan perkembangan industri rekaman, sekarang jadi musuh dalam selimut yang mulai menghujam dari belakang. Hilang satu tumbuh seribu...ini lah yang dialami oleh RIAA ketika mereka mulai men-sue pelaku distribusi lagu2 berformat MP3, bukannya hilang tapi malah bertumbuhan seperti jamur.

Jadi...apakah industri rekaman bakalan punah? Ada dua skenario yang diprediksikan bakal muncul, yaitu pertama industri rekaman mulai menyadari bahwa "mengkontrol" perkembangan (musik digital) adalah langkah yang salah sehingga sedikit demi sedikit mereka mulai melakukan kompromi. Ini ditandai dengan munculnya distribusi2 musik digital resmi seperti iTunes, buymusic.com, new napster (99 cents per lagu atau mbayar bulanan download sepuasnya) , etc...etc. Skenario kedua adalah skenario yg lebih ekstrim, dimana industri rekaman akan benar2 bermetamorfosis menjadi sebuah industri semi non-profit dimana tujuan musisi/artis/penyanyi membuat rekaman adalah untuk membuat sample yg akan dibagikan kepada audiens. Terus pertanyaannya bagaimana musisi/artis/penyanyi bisa hidup? Industri pertunjukkan-lah yang akan mengambil alih peran utama sebagai sumber mata pencaharian mereka, dimana industri pertunjukkan akan berkembang pesat dengan ditopang oleh perkembangan teknologi yang juga melejit pesat. Sekedar bayangan saja, sebuah band seperti U2 yang tadinya bisa meraup profit dr hasil tour nya keseluruh dunia dimasa yang akan datang hanya cukup melakukan konser di sebuah panggung di kota asalnya dimana penontonnya akan meluas sampai keseluruh dunia di negara mereka masing dengan menggunakan teknologi streaming video dan tentunya harus bayar kalau mau nonton....:-) Bisa dibayangkan ya?.

Sekarang untuk industri rekaman tinggal pilih saja, tapi kelihatannya untuk mempertahankan pola industri rekaman konvensional (rekaman distudio lalu hasilnya dijual ditoko kaset/cd) sama juga dengan bunuh diri secara pelan2.

Bagaimana menurut anda?

salam!
abang edwin sa

Berlangganan Blog Ini

Photo Gallery

Notifikasi via Email

Masukkan email anda lalu klik Kirim untuk mendapatkan notifikasi lewat email bila ada update dari Bangwin's Thought ini !


powered by Bloglet

Kontak